Puluhan Hektare Sawah Alami Kekeringan di Bangka Selatan, Ancam Ketahanan Pangan Daerah


BANGKA SELATAN – Debit air di sejumlah sungai maupun embung atau waduk di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mulai mengalami penurunan.

Imbasnya bencana kekeringan melanda area persawahan milik warga dan diprediksi terus meluas di delapan kecamatan. Bahkan area sawah yang mengalami kekeringan sudah mencapai puluhan hektare.

Dengan begitu sawah warga terancam puso alias tidak mengeluarkan hasil.

Melansir dari laman Bangkapos.com, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DPPP) Kabupaten Bangka Selatan, Risvandika mengatakan hingga kini terdata kurang lebih seluas 50 hektare sawah telah mengalami kekurangan debut air hingga kekeringan.

Sawah warga kekeringan diakibatkan hujan yang tak kunjung turun sejak hampir dua bulan terakhir ditambah fenomena La Nina yang mulai melanda di beberapa wilayah.

Sehingga minimnya curah hujan dan pasokan air dapat dipastikan membuat puluhan hektare sawah tersebut terancam gagal panen.

“Total area sawah yang terancam kekeringan kurang lebih mencapai 50 hektare lahan. Tentunya efeknya akan ada,” kata dia kepada Bangkapos.com, Selasa (6/8/2024).

Menurutnya 50 hektare sawah mengalami kekeringan tersebut tersebar merata di delapan kecamatan yang memiliki area persawahan.

Akan tetapi paling dominan kekeringan terjadi di kawasan persawahan Desa Rias, Kecamatan Toboali, Desa Bukit Terap, Kecamatan Tukak Sadai dan Desa Batu Betumpang, Kecamatan Pulau Besar.

Dua dari tiga wilayah tersebut merupakan sentra ketahanan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mayoritas petani di sejumlah wilayah itu tengah melakukan penanaman maupun pengelolaan lahan.

Kata Risvandika sudah lebih dari satu bulan tidak hujan di beberapa wilayah dan mengakibatkan berkurangnya debit air di beberapa embung dan bendungan hingga sungai yang ada.

Misalnya untuk area persawahan di Desa Rias, pasokan air bertumpu pada Embung Yamin, Embung Pumpung dan Bendungan Mentukul. Oleh sebabnya jika hujan tidak kunjung turun selama satu bulan ke depan hasil produksi padi petani akan terganggu dengan semakin luasnya area sawah dilanda kekeringan.

“Sawah kita pantau merupakan yang sudah memasuki masa tanam ataupun sudah dilakukan penanaman. Tetapi memang efeknya pasti ada jika kemarau masih akan berlangsung hingga satu bulan ke depan,” papar Risvandika.

Di sisi lain sambung dia, seiring dengan menyusutnya debit air pentingnya setiap kelompok tani melakukan pengelolaan manajemen pengairan ke sawah-sawah.

Jangan sampai air tersebut justru terbuang sia-sia ke saluran pembuangan. Diakui dia sistem irigasi pertanian di Kabupaten Bangka Selatan hampir seluruhnya sudah baik.

Namun, tetap diperlukan pompanisasi untuk mengalirkan air dari sumber air yang berada lebih rendah dibandingkan sawahnya. Pompanisasi adalah langkah awal dalam memitigasi dampak kekeringan.

Pemerintah menargetkan pompanisasi dapat menjangkau 5.000-6.600 hektare lahan pertanian. Dengan demikian sawah tetap teraliri meski sudah memasuki musim kemarau.

Pemerintah menginginkan peningkatan produksi beras mencapai 90.000 ton setelah program pemompaan dimulai. Terlebih para petani ditargetkan mampu melakukan penanaman padi dari semula dua kali dalam setahun menjadi tiga kali dalam setahun.

“Karena cuaca sekarang ini tidak menentu pada prinsipnya kita terus mengantisipasi dengan penyiapan pompanisasi. Bagaimana sumber-sumber air yang tersedia harus kita sampaikan supaya para petani bisa memanfaatkan secara optimal,” ungkapnya.

Untuk mengatasi permasalahan kekeringan Risvandika berujar, pihaknya akan membantu warga yang sawahnya terdampak kekeringan.

Bantuan itu berupa suplai air dan pompa air. Dinas telah menginstruksikan kepada setiap penyuluh pertanian agar menyampaikan kepada petugas penjaga air dan bendungan agar melakukan pengaturan air dengan baik.

“Pompanisasi stok kita banyak, masalahnya tinggal sumber-sumber air yang menjadi tempat pengambilan air apakah sudah ada atau belum. Ini yang menjadi prioritas kita,” pungkas Risvandika.

Sumber : BANGKAPOS.COM

Previous Post Next Post