Sebanyak 471 siswa yang merupakan anak-anak pekerja migran Indonesia di
Malaysia berangkat kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikan
dengan beasiswa Generasi Maju Cinta Tanah Air (Gema Cita) 2024 dari
Pemerintah Indonesia.
Dari 567 pendaftar, ada 471 siswa yang kembali ke Tanah Air dan
diberangkatkan secara bertahap mulai dari 15-17 Juli 2024. Mereka akan
melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah mitra Afirmasi Pendidikan
Menengah (ADEM) dan juga yayasan di Indonesia yang tersebar di 11
provinsi, yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Banten,
Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat
dan Kalimantan Utara.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia
(Atdikbud KBRI) Kuala Lumpur Prof Muhammad Firdaus di acara Pelepasan
Peserta Program Gema Cita 2024 yang diselenggarakan di Sekolah Indonesia
Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Malaysia, Minggu malam, mengatakan ada
satu provinsi yang belum masuk, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT), padahal
pekerja migran Indonesia di Sabah paling banyak berasal dari daerah
itu.
Setelah melakukan rapat dengan Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan
(Puslapdik) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
(Kemdikbudristek) dan pemerintah daerah, Pemerintah Provinsi NTT mau
menerima anak-anak pekerja migran Indonesia di Malaysia melanjutkan
sekolah di daerah itu mulai 2025.
Kabar baik lainnya, beberapa sekolah di bawah Gereja GBI Rock Kupang dan
Bali akan menerima anak-anak pekerja migran Indonesia yang ada di
Malaysia dengan gratis.
Diharapkan, anak-anak penerima beasiswa yang segera melanjutkan sekolah
di Tanah Air itu tetap semangat. Dan mereka yang nanti tamat SMA, tidak
ada yang kembali ke Malaysia.
Kepala SIKK Sahyuddin bercerita, meski mereka anak-anak Indonesia, tapi
umumnya lahir dan besar di Sabah dan Sarawak. Karena itu, kemungkinan
akan terjadi kejutan budaya, terutama dari perbedaan kurs nilai mata
uang dan bahasa yang sedikit berbeda.
Keberhasilan pemberangkatan tahun 2024 yang lebih awal tidak terlepas
dari peran Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu,
selain juga agensi-agensi di Malaysia.
Proses beasiswa
Sementara itu, Ketua Panitia Program Gema Cita 2024 Aksar mengatakan
terdapat sekolah mitra yang siap menerima siswa-siswa dari Sekolah
Indonesia Luar Negeri (SILN), Community Learning Center (CLC) dan
Sanggar Bimbingan (SB) di Malaysia, khususnya di Sabah dan Sarawak, yang
merupakan anak-anak pekerja migran dari Indonesia.
Mereka yang memperolah beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Tanah
Air telah melalui proses seleksi selama kurang lebih dua bulan hingga
mereka dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa.
Seleksi beasiswa secara umum diawali dengan pendaftaran yang dibuka pada
24-28 April, yang dilanjutkan dengan proses seleksi selama empat hari
di SIKK dari 1-5 Mei. Pengumuman kelulusan dilanjutkan dengan proses
penandatanganan surat perjanjian, pengumpulan dokumen dan pengurusan special pass.
Ada pula seleksi secara khusus dari dua sekolah mitra, yakni Sekolah Taruna Nusantara dan AQL Islamic School.
Sebanyak sembilan anak mendapat beasiswa ADEM kali ini di Bali, 62 anak
mendapat beasiswa ADEM di Banten, 36 anak dapat beasiswa ADEM dan 11
lainnya beasiswa dari yayasan di Yogyakarta, 46 anak mendapat beasiswa
program ADEM, sedangkan 34 anak mendapat beasiswa yayasan di Jawa Barat,
di Jawa Tengah ada 47 anak mendapat beasiswa ADEM dan 12 anak mendapat
beasiswa dari yayasan.
Selanjutnya 62 anak mendapat beasiswa program ADEM dan 23 anak mendapat
beasiswa dari yayasan di Jawa Timur, 19 anak memperoleh beasiswa program
ADEM dan satu anak menerima beasiswa dari yayasan di Kalimantan
Selatan. Ada pula 15 anak memperoleh beasiswa ADEM dan dua anak
memperoleh beasiswa yayasan di Kalimantan Utara.
Untuk di Provinsi Lampung terdapat 10 anak memperoleh beasiswa ADEM,
sedangkan 50 anak dapat beasiswa di Nusa Tenggara Barat. Selebihnya
mendapat beasiswa untuk belajar di Sulawesi Selatan.
Sehingga total sebanyak 387 anak pekerja migran Indonesia dari Sabah dan
Sarawak mendapat beasiswa ADEM, sedangkan 84 anak mendapat beasiswa
dari yayasan dan mereka akan berangkat kembali ke Indonesia.
Jangan kembali
Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Kota Kinabalu Rafail
Walangitan mengatakan pemberangkatan ratusan anak pekerja migran
Indonesia di Malaysia kembali ke Tanah Air untuk melanjutkan pendidikan
tidak terlepas dari komitmen, kerja keras dan dedikasi semua pihak,
sehingga kegiatan Gema Cita dapat terwujud.
Karena itu, siswa penerima beasiswa harus menggunakan kesempatan yang
telah diberikan oleh negara. Mereka tidak boleh menyia-nyiakan
kesempatan itu untuk mengejar mimpi yang dibangun sejak anak-anak itu
masih dalam tahap pendidikan dasar. Dengan memanfaatkan kesempatan baik
itu mereka kelak akan menjadi individu yang membanggakan bagi bangsa dan
bagi keluarga.
Meski orang tua masih ada di Sabah atau di Malaysia, anak-anak penerima
beasiswa tersebut jangan selalu berpikir untuk ingin kembali berkumpul
dengan mereka ke Sabah, dan lebih berpikir untuk mengembangkan diri dan
berprestasi baik dan menjadi orang berguna di negeri sendiri.
Mendapat beasiswa kali ini hanya satu langkah ke depan, 10 langkah
lainnya sangat tergantung pada mereka sendiri. Anak-anak harus
memanfaatkan beasiswa sebagai modal dasar untuk meraih kemajuan.
"Pada akhirnya, saya ingin mengucapkan semoga perjalan dan petualangan
... jadi kembali lagi petualangan, karena akan banyak hal baru yang
anak-anak akan dapati, hal-hal yang akan mendorong anak-anak ku menjadi
anak-anak yang hebat, anak-anak yang berprestasi bagi bangsa dan negara.
Insya-Allah semua diberikan kelancaran dan rida Allah SWT," katanya.
Mereka harus menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk selalu belajar demi
meraih masa depan yang lebih baik dari saat ini. Negara menyediakan
biaya untuk pendidikan, dengan harapan mereka menjadi pribadi yang
selalu haus akan pengetahuan dan selalu semangat untuk memberikan
kontribusi dalam pembangunan negara dan bangsa Indonesia.
Sebanyak 3.477 alumni CLC SMP SIKK-CLC, sudah ada 2.207 siswa yang
berhasil mendapatkan pelayanan pendidikan lanjutan melalui Program Gema
Cita, baik Jalur ADEM, dan 1.270 siswa melalui Jalur Yayasan. Sebagian
dari mereka malah sudah kuliah dan menjadi sarjana di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia atau di luar negeri, atau bekerja di berbagai
tempat.
Tags:
Nasional